Social Icons

Pages

Senin, 09 Desember 2013

RINDU BISU

Can only Pray
Quiet

Jiwa ini menjerit,, rindu
senyap.
Kadang menangis,, mengenang, membayang
tertahan.
Aku menoleh,, tak ada,
mendongak,,kabut,
tertunduk.
Mata ini tuli,
mulut ini buta,
telinga ini gagu,
rindu ini bisu.
Aku mengeja sejengkal, sehasta, selangkah,
berlari, tertabrak,,
ah,, jauh!!
atau terhalang tembok!?
Terbata.

(to be continued..)

Senin, 21 Oktober 2013

Road To Success, Be Mawapres

         Menjadi manusia segudan prestasi adalah dambaan semua orang. Dengan segudang prestasi-prestasi itulah manusia merasa bahwa dirinya telah meraih kesuksesan. Mungkin akan demikian jika kita memandang kesuksesan adalah sebuah keberhasilan dalam hal mencapai sesuatu saja. Jika melihat dari pandangan tersebut maka sebenarnya sejak lahir manusia telah meraih banyak kesuksesan mulai ia diciptakan oleh penciptanya (Al-Khaliq) sampai bagaimana ia menjalani kehidupan.
Terlahir menjadi manusia adalah sebuah kesuksesan, karena kita telah mampu mengalahkan seluruh makhluk yang ada di dunia ini untuk mengurusi bumi, serta kita telah mampu mengalahkan jutaan sel sperma yang bersaing kekat mencapai telur ibu kita, sehingga terlahirlah kita. Bagi anak SD, mereka telah sukses/berhasil lulus TK. Bagi yang telah duduk di bangku SMP, mereka telah berhasil sukse/berhasil lulus SD. Bagi yang duduk di bangku SMA, dia telah sukses/berhasil lulus SMP, begitu juga dengan kita mahasiswa yang telah sukses/berhasil lulus SMA dan dalam persaingan ketat agar bisa masuk PTN. Atau kesuksesan-kesuksesan lain yang saat ini menjadi ukuran setiap orang dalam menilai berhasil tidaknya seseorang, misalkan berhasil meraih medali dalam berbagai ajang perlombaan, berhasil menjadi orang dengan kedudukan/jabatan tertentu, dsb. Semua hal tadi adalah keberhasilan2 yang dicapai manusia dalam kehidupan.
Melihat fakta di atas, sebenarnya kesuksesan dunia adalah sesuatu yang bisa dipandang relatif oleh siapapun. Sehingga, kita tidak bisa mengukurnya dari satu keberhasilan saja, maka sebenarnya disinilah perlu dibangun satu persepsi dan pandangan tentang sukses itu sendiri.
Sukses, sebenarnya merupakan suatu proses keberhasilan dalam aspek dunia dan akhirat. Yaps,,..sobat, memang kurang tepat rasanya jika sukses itu hanya kita ukur dari keberhasilan dunia saja. Mengapa demikian? Dunia, merupakan sesuatu yang sangat fana dan ada batasnya, sementara akhirat adalah sesuatu yang langgeng, abadi, dan hakiki. Akan sangat merugikan diri kita, jika kita hanya tersibukkan pada upaya-upaya meraih kesuksesan dunia, disamping memang pandangan terhadap kesuksesan dunia oleh masing-masing orang berbeda-beda. Maka disinilah kemudian kita harus meletakkan dasar dari segala kesuksesan itu sendiri yaitu bagaimana Allah (al-Khalik) memandang. Sukses yang sebenarnya adalah apabila kita telah berhasil menuai kenikmatan surga di akhirat kelak. Maka apapun yang menjadi target-target keberhasilan kita di dunia, kita harus menjadikannya mampu menghantarkan kepada kesuksesan akhirat kelak. Segala proses yang kita jalani di dunia ini haruslah disesuaikan dengan rambu-rambu dari Allah agar kesuksesan hakiki dan abadi itu bisa kita raih.
Kita pun bisa berkaca kepada manusia-manusia sukses terdahulu yang sudah menorehkan segudang prestasi-prestasi gemilang dalam memperjuangkan Islam, memberikan pengaruh besar kepada dunia sampai saat ini, yang dengannya mereka mampu meraih kesusesan akhirat. Seperti rasul kita Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Abu Bakar As-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Mu’adz, Ibnu sina, Ibnu Al-Haitsam, Maryam Al-Asturlabi, dll. Merekalah mutiara-mutia Islam dan dunia yang sangat kita rindukan perjumpaannya.
Nah, sobat bersegeralah untuk mengetahui rambu-rambu meraih sukses dari Allah, tentu itu hanya bisa kita dapat dari belajar Islam yang terus-menerus bersama-sama dengan orang-orang yang se-visi dengan kita. Kalau tidak sekarang, kapan lagi???

Intelektual Muda Generasi Cemerlang

         Generasi muda adalah tonggak estafet peradaban suatu bangsa. Ahh,, kata-kata yang sudah di luar kepala semua orang. Namun, harapannya itu tidak sekedar menjadi kata-kata bijak pelengkap LKS-LKS Bahasa Indonesia anak SMA saja, atau sekedar senjata pamungkas para orator2 kelas kencur. Bagaimanpun juga, generasi muda sampai kapanpun adalah orang2 muda berusia muda yang akan menggantikan mereka yang sudah tua. Merekalah yang akan mencetak peradaban, mau dibawa kepada kondisi keemasannya atau malah membawanya jatuh ke jurang kegelapan dan kehancuran. Semua orang pasti mengharap terwujudnya peradaban emas, bergelimang prestasi dan kesejahteraan yang hakiki yang dicetak oleh para generasi Intelek, berkepribadian istemewa yang berintegrasi pada nilai-nilai kebenaran.
Kalau kita melihat sekilas kondisi saat ini, bisa kita temukan bagaimana gambaran para generasi yang tak menampakkan tanda2 pembawa harapan semakin membaiknya kondisi negeri ini. Bagaimana tidak, tidak bisa dipungkiri subyek berbagai problem bangsa ini sebagian besar karena ulah para generasinya yang notabene mereka adalah para remaja sebagai output dari pendidikan jenjang SMP, SMA, Mahasiswa, dan sejenisnya. Tawuran antar pelajar, pergaulan bebas yang berimbas pada depresi; KTD; aborsi; munculnya berbagai penyakit kelamin; dll, narkoba, kerusuhan, dan berbagai kasus sosial lainnya. Tentu kondisi ini bukanlah yang kita harapkan.
Memang, tidak sedikit mereka yang telah menorehkan karya-karya inovatif dan kreatif, namun itu semua tidak lebih hanya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya. Maka, tidak heran jika kondisi masyarakat pun tidak pernah berubah walaupun semakin banyak para intelektual yang melahirkan karya setiap tahunnya, bahkan masyarakat semakin terpuruk. Bayangkan saja, berapa banyak perlombaan2 tingkat Nasional maupun Internasional yang telah dimenangkan anak negeri, tugas-tugas akhir yang tercipta dari output perguruan tinggi, tesis, disertasi, berbagai hasil penelitian, dan sebagainya telah mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap perbaikan bangsa ini? Jawabannya tentu “Tidak ada”, tak lebih semuanya hanya tertumpuk menjadi buku lusuh di rak2 perpustakaan atau di tumpukan2 loakan.
Orientasi belajar mereka pun tak menggambarkan keinginan besar menuju perubahan yang hakiki. Ketika kuliah hanya sekedar untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan, dan menjamin hidup keluarga agar tak pernah kekurangan materi. Ketika belajar hanya untuk mencari nilai bagus kendati pun dengan cara-cara yang menyimpang. Maka kejujuran, kehormatan, dan nilai-nilai kebenaran lainnya tidak pernah ada dalam jiwa para generasi muda, dan saat itulah pendidikan sudah kehilangan tujuannya yang hakiki.
Intelektual, sosok yang sangat diharapkan oleh bangsa dan masyarakat sangat dinantikan kiprahnya untuk melepaskan bangsa ini dari keterpurukan. Intelektual yang peduli, bukan individualis. Intelektual yang peka, bukan yang membebek dan berkiblat pada Barat. Mahasiswa termasuk salah satu di dalamnya. Tentu, saat ini yang diharapkan dari mahasiswa tidak hanya segudang prestasinya, namun bangun dan bergerak dengan membawa solusi yang membangun dan solutif bagi setiap permasalahan bangsa ini. Perubahan yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah dan keintelektualitasan, bukan modal nekat semata. Sehingga mahasiswa islam pun harus bergerak dengan sebuah landasan ideologis agar tidak menjadi mahasiswa pragmatis yang menyebabkan kreatifitas berpikir mahasiswa terbatasi dalam pragmatisme pula.
            Sudah saatnya intelektual mahasiswa tersadar bahwa sistem pendidikan pragmatis yang dilahirkan dari penerapan ideology kapitalisme adalah musuh bersama yang menghancurkan kualitas generasi bangsa dan matinya peran mahasiswa. Dan tidak ada cara lain, sistem pendidikan pragmatis hanya akan tergusur dengan tegaknya ideology islam (khilafah) di muka bumi sebagai solusi sistemik atas permasalahan bangsa. Dan hanya dengan khilafah Islam lah Generasi Cemerlang akan terlahir dan intelektual2 muda berkualitas akan bermunculan..

Let’s Get The Beat

         Sobat, pernah mendengar kata irama nggak ?? Yaps,,siapa sih yang nggak kenal kata itu. Kata yang bisa dirasakan oleh banyak orang, khususnya para remaja. Bagaimana tidak, dengan iramalah kata-kata biasa menjadi begitu istimewa, menjadi berbagai macam alunan musik yang enak untuk didendangkan. Kalo kata Jamalus_ahli soal musik_, irama adalah urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar musik dan tari. Irama juga merupakan gerak musik yang berjalan teratur yang tidak tampak dalam lagu, tetapi dapat dirasakan sesudah lagu dialunkan.
Nah,, bicara soal musik, sobat semua pasti pada suka kan?? Siapapun, khususnya remaja pasti menyukai yang satu ini. Bagi mereka musik adalah teman dikala sedih, senang, dan apapun. Musik bisa menjadi teman belajar, santai, teman dikala sepi, dan bahkan aktivitas mereka tak lepas darinya. Musik bisa mengekspresikan perasaan manusia di segala kondisi. Dan itu semua tidak bisa lepas dari peran irama dan polanya dalam membentuk alunan musik, sehingga kenallah kita dengan musik berirama pop, jazz, dangdut, keroncong, rock, dan sebagainya.
Namun, pernahkan sobat berfikir bahwa hidup kita juga ibarat sebuah alunan musik yang terbentuk dari irama? Masing-masing dari kita punya pola irama hidup yang kita ciptakan sendiri, yang darinya akan tercipta berbagai alunan musik kehidupan yang akan kita jalani di dunia ini. Maksudnya apa? Ada berbagai ragam dan corak sifat serta watak manusia di dunia ini, sebagimana ragam dan corak irama musik. Maksudnya apa? Ada manusia yang berirama pop, dimana ia menjalani kehidupannya dengan begitu syahdu dan teratur, dalam hal ini ia adalah tipe penyabar, dan segalanya selalu diambil baiknya. Ada manusia dengan tipe datar-datar saja dalam menjalani kehidupan, ia bisa santai dalam kondisi apapun. Ada pula manusia tipe keroncong, dia menjalani kehidupan dengan begitu disiplin. Ada juga manusia tipe dangdut, dimana ia menjalani hidupnya dengan penuh canda tawa, seakan tidak pernah ada kesedihan yang melanda. Atau mungkin tipe rock, yaitu mereka yang berwatak keras. Dan apapun lah yang bisa sobat tafsirkan sendiri. Pertanyaannya adalah, tipe apa yang sobat pilih? Apakah pop, jazz, dangdut, keroncong, jazz, atau sobat ingin menciptakan musik dengan irama lain yang berbeda?
Sobat, menjalani hidup adalah hal yang tidak bisa kita hindari lagi, sehingga memang kita harus mampu menentukan irama kehidupan yang dengannya kita bisa berdendang merdu menjalani kehidupan. Tanpa rasa resah, takut, khawatir, ragu, dan perasaan tidak enak lainnya.
Tanpa kita harus memilih salah satu dari jenis irama tadi, ternyata ISLAM mampu mengkombinasi berbagai jenis irama menjadi sebuah musik spektakuler, unik dan tak pernah tercipta sebelumnya. Kita bisa memilih pop, rock, dangdut, keroncong, dan jazz sekaligus. Bagaimana bisa? Ya, ISLAM tak pernah menyuruh kita menjadi seseorang dengan hanya memiliki satu jenis sikap/sifat saja. ISLAM bahkan menyuruh kita untuk sabar, marah, penuh canda, disiplin, tenang, dan sifat lainnya dengan porsi dan pada tempatnya masing-masing. Ambillah satu contoh, kita wajib marah ketika orang kafir menghinakan Islam, Allah, dan Nabi SAW, bukan malah bersikap sabar. Berbeda dengan sabar, kita harus sabar ketika ada seseorang yang masih belum paham sedang mencela keislaman kita. Kita juga boleh bercanda dan bersenda gurau dengan saudara2 kita sesama muslim karena suatu kebahagiaan. Atau kita harus serius dalam setiap langkah2 yang akan kita tempuh untuk perjuangan menegakkan Islam. Sehingga dengan porsi dan tempat masing-masing itulah akan tercipta irama kehidupan kita yang unik sesuai dengan koridor ISLAM.
Sobat, menjadi musisi yang ahli itu pasti kita juga butuh guru, yang akan senantiasa membimbing kita, membina dan mengarahkan tiap langkah kita agar tercipta alunan musik kehidupan yang dahsyat. Dan akan lebih lengkap jika kita berkolaborasi dengan saudara-saudara muslim kita yang lainnya. maka sudah sewajarnyalah kita memang tidak bisa berubah sendirian, karena akan sangat susah dan lama. Makanya, senantiasalah kita selalu bersama dengan orang-orang shalih yang tak bosan-bosan menasihati, mengajak kepada kebaikan, dan belajar bersama untuk menjadi musisi kehidupan yang handal sesuai apa yang Allah Ridhai. Sehingga dengannya akan tercipta dentuman2 dan alunan merdu yang akan kita dendangkan dengan merdu di kehidupan ini, bahkan juga oleh banyak orang. So “Let’s Get The Beat:Cintaku Adalah ISLAM, ISLAM warnai hidupku”

ROLE MODEL MAHASISWA IDEAL

     Mahasiswa adalah sosok generasi muda yang berada pada jenjang akhir pendidikan yaitu Perguruan Tinggi. Manusia pada usia – usia mahasiswa ini digambarakan sebagai sosok yang intelek, energik, dan pemikir. Bisa dikatakan pula bahwa mahasiswa adalah masyarakat intelektual dalam sebuah Negara. Maka tak salah jika dikatakan di tangan para mahasiswa lah arah gerak suatu negeri akan dibawa karena mahasiswa adalah pemegang tonggak estafet suatu negara. Di tangan merekalah terletak tanggung jawab besar yang nantinya akan mengarahkan, mengubah dan memimpin. Fakta juga telah berbicara, bahwa mahasiswa telah mengambil peranan dan fungsi penting dalam sejarah suatu Negara dan perubahan. Hal ini telah terbukti di Indonesia ketika kala itu (1998) mahasiswa mampu melakukan perubahan dari orde baru menuju reformasi.
Tentu, dengan memahami hal tersebut, sebuah Negara harus mampu mencetak mahasiswa-mahasiswa berkualitas dan mumpuni, sehingga tidak ada sejarah hitam yang bahkan akan membawa suatu Negara pada kehancurannya. Sebuah bangsa tentu menginginkan kehidupan yang sejahtera, adil, dan ideal dalam negaranya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpin dan bagaimana ia dalam memimpin. Mahasiswa sebagai tonggak estafet yang akan meneruskan kepemimpinan tersebut harus menjadi generasi yang berkualitas. Dengan energi berlebih, semangat yang menggebu, intelektualitas serta bekal-bekal lain yang dimiliki para mahasiwa tentu hal ini menjadi modal cukup, sehingga harus diarahkan kepada sesuatu yang benar. Jika tidak, maka bukannya akan membawa Negara kepada kemajuannya namun bahkan akan membawanya pada kehancuran.
Memahami hal tersebut, maka tidak cukup jika mahasiswa hanya bergelut pada hal yang berbau akademis saja dengan tanpa memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini, tidak salah jika dikatakan bahwa mahasiswa memiliki 4 peran fungi sebagai berikut : 1. Agen of Change, 2. Iron Stock, 3. Moral Force, dan 4. Social Control.  Keempat peran funsi tersebut tentu harus mampu berjalan sebagaimana mestinya, namun tidak cukup tanpa adanya suatu standar yang baku dan benar yang akan mengawal gerak mahasiswa sehingga benar-benar bisa membawa Negaranya pada kondisi ideal sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai seorang Muslim yang mengimani bahwa kita adalah hamba dari Zat yang memiliki sifat Maha dan tidak ada satupun makhluk yang mampu menyamai-Nya, -Dialah Allah SWT- serta kita mengimani bahwa semua akan kembali kepada-Nya, maka tentu kita tidak bisa berjalan dan bergerak di dunia ini sekehendak kita. Allah SWT telah menciptakan manusia ke dunia ini lengkap beserta aturan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan, itulah Syari’ah Islam. Islam tak hanya merupakan ajaran-ajaran dalam hal ritual semata, tetapi Islam merupakan sebuah ideology yang secara integral mengatur segala urusan manusia dalam hidup. Hal ini telah terbukti saat sekitar 1 abad yang lalu selama kurang lebih 2/3 dunia selama 14 Abad lamanya diatur dengan Syari’ah Islam dalam Institusi yaitu Khilafah. Banyak para Sejarawan baik Muslim maupun non Muslim mengakui dengan jujur bagaimana gemilangnya masa itu. Masa ketika negara dipimpin oleh manusia-manusia luar biasa dengan kondisinya yang benar-benar ideal, dipenuhi dengan keadilan dan kesejahteraan. Tidak ada satupun peradaban yang mampu menyamai keemasan peradaban Islam kala itu. Prestasi ini menjadi satu bukti torehan sejarah luar biasa yang telah diukir oleh generasi-generasi didikan Rasulullah SAW yang dibimbing langsung oleh wahyu Ilahi. Merekalah para shahabat Nabi, manusia-manusia hebat yang hanya menjadikan Islam sebagai satu-satunya standar yang mengarahkan gerak dan arah pandang mereka dalam kehidupan.
Memahami kenyataan tersebut, maka sudah selayaknya para mahasiswa Muslim mengupayakan dirinya agar mampu seperti sosok para Shahabat Rasulullah dan menjadikan Islam sebagai ideology yang mengarahkan gerak dan langkah mereka dalam mengubah, mengarahkan dan memimpin. Islam yang tidak hanya sebagai pengatur urusan ritual semata, tapi sebagai pengatur semua sendi kehidupan. Sehingga idealnya dalam setiap teriakannya, para mahasiswa meneriakkan perubahan kondisi kepada “supaya dijadikannya Islam sebagai pengatur urusan kehidupan manusia”. Hal ini tentu dengan tidak menafikan amanah mereka sebagai mahasiswa yang tetap harus menseriusi bidang yang ditekuninya di Perguruan Tinggi. Tak harus menjadi nomer wahid, tetapi ia harus mampu mengarahkan potensi yang ia miliki secara individu dengan benar sesuai arah pandang Islam untuk bisa memberikan manfaat kepada masyarakat walaupun kecil.
Maka, mahasiswa ideal adalah Mahasiswa Ideologis dan mampu melakukan “something” untuk kemaslahatan masyarakat walaupun kecil sesuai arah pandang Islam.

Keanehan (1)

"Aneh tapi Nyata"
Banyak manusia tidak menyadari kejanggalan-kejanggalan yang banyak terjadi
Suatu siang, lagi duduk santai di taman belakang BAAK, eh tak sengaja dengan iseng ni mata jelalatan, memandang ke sekitar, menoleh sana-sini, samping kanan-kiri, depan belakang. Kemudian berpikir sejenak, dan cling!!! Kudapatkan sebuah inspirasi untuk menulis tentang kejanggalan-kejanggalan tempat hidup manusia saat ini. Tanpak segerombolan temen2 kampus kalo gak salah sih jurusan ****** lagi keroyokan mbacem, entah tugas kuliah apa yang mereka kerjakan. Ahh,,,suatu kebiasaan mahasiswa mayoritas saat ini, entah ilmu apa yang akan kita dapatkan nanti ketika sudah capcus dari kampus tercinta ini, jika ‘adat-istiadat’ ini tak segera dilenyapkan.hehe
(BREAK: Pak Muadzdzin dengan merdu mengumandangkan Adzan Dhuhur di MMI (Masjid Manarul Ilmi). Mereka para cowok gak beranjak, tak ajak??????????:( capcus SHALATTTT ahhhh :D___)

My "New"

Assalamu'alaikum..
       Saudara-saudaraku. Hmmm,,senang sekali kita bisa bertemu dan menjalin ukhuwah islam ini, dari yang sebelumnya kita tidak saling mengenal, akhirnya sekarang bisa saling mengenal. Alhamdulillah, sampai saat ini nikmat iman dan islam masih kita rasakan.
Perkenalkan nama saya lina, saya berasal dari sebuah pulau kecil di sebelah timur pulau madura, yaitu KANGEAN. Pada gak tau kan kangean itu dimana???? yahh lupakan saja lahh (kapan-kapan kita sambung lagi,,^_^). Saya terlahir dari kelurga muslim yang begitu menyayangi saya, sejak kecil saya dididik dengan ilmu agama oleh kedua orang tua. Sehingga, sejak kecil pun saya sudah terbiasa hidup islami, walaupun seiring dengan berjalannya waktu, rasa keislaman itu mulai terkikis karena lingkungan yang sudah rusak di sekeliling saya, dan mau tidak mau saya pun terbawa arus. Dari pergaulan teman-teman di sekitar saya yang sudah gak karuan, banyaknya pemikiran-pemikiran Barat yang merasuki otak saya lewat televisi, internet, dan berbagai media yang saat ini sudah mulai berkembang, membuat saya makin kehilangan jati diri (Islam,red) sebagai seorang muslim. Kemudian juga mudah terombang-ambing, tidak konsisten dan mudah terbawa arus globalisasi yang makin carut-marut.
Namun Alhamdulillah, cahaya Islam itu saya temukan kembali semenjak saya menginjakkan kaki pada hari kedua registrasi ulang maba di kampus tercinta ini. Saya dipertemukan oleh Allah dengan seseorang yang mampu membuka mata hati saya menuju terangnya cahaya islam. Indaaahhh sekali, sampai detik ini saya tidak henti-hentinya mengucap rasa syukur kepada Allah atas nikmat ini, nikmat terindah yang pernah saya dapatkan di dunia ini. Apa yang saya dapatkan itu bukanlah suatu paksaan dari seseorang, entah itu teman, keluarga, ataupun ketakutan-ketakutan saya terhadap makhluk, tapi ini murni karena pilihan hidup saya yang sudah tidak bisa dipikirkan dua kali. Subhanallah!!! Walaupun berat pada awalnya untuk benar-benar menjalankan islam kaffah (utuh) dalam setiap aktivitas hidup saya, namun ketika saya mulai menjalankan segala apa yang disyari’atkan islam atas dorongan hati dan keimanan, sama sekali tidak ada beban dalam diri ini, semuanya terasa ringan ketika kepasrahan semuanya diserahkan kepada Allah sang pemilik jiwa. Semuanya bagaikan mutiara-mutiara indah yang meghiasi setiap langkah, setiap aktivitas, setiap kedipan mata, bahkan setiap tarikan nafas.. 
Saudaraku, sungguh menyesal ketika saya mengingat masa lalu, masa lalu yang begitu buram, penuh dengan coretan tinta hitam, kusam, lusuh, dan kusut. Sedih mengingat terlambatnya diri ini bertemu dengan Islam yang sesungguhnya (Kaffah.red), namun saya jadikan semua itu sebagai pelajaran hidup yang takkan terulang untuk yang kedua kalinya. Semua itu telah saya tutup rapat, agar jiwa yang lemah ini tidak kembali masuk dan tersungkur ke dalamnya. Untuk yang kesekian kalinya saya katakan, bahwa kenikmatan terbesar saya adalah “Dipertemukannya Saya Kembali Dengan Cahaya Islam”. Walaupun hidup sederhana, tak jadi penguasa, tak punya banyak materi, toh kita disini hanya singgah sebentar. BETTUULL???^_^,,,
 

Sample text

Sample Text

Taqwa (Ali bin Abi Thalib)

1. Al-khaufu min Al-jalil
2. Al-'amalu bi at-tanzil
3. Al-isti'dadu li yaum ar-rohil
4. Al-qana'atu bi Al-qalil