Social Icons

Pages

Featured Posts

Kamis, 26 Juni 2014

Bunga dari Negeri Khilafah ‪#‎IslamicKhilafahState‬

"SEJUKNYA BARA API (ISLAM) di GENGGAMAN" -Perjuangan Mempertahankan Kebenaran-

Senin, 09 Desember 2013

RINDU BISU

Can only Pray
Quiet

Jiwa ini menjerit,, rindu
senyap.
Kadang menangis,, mengenang, membayang
tertahan.
Aku menoleh,, tak ada,
mendongak,,kabut,
tertunduk.
Mata ini tuli,
mulut ini buta,
telinga ini gagu,
rindu ini bisu.
Aku mengeja sejengkal, sehasta, selangkah,
berlari, tertabrak,,
ah,, jauh!!
atau terhalang tembok!?
Terbata.

(to be continued..)

Senin, 21 Oktober 2013

Road To Success, Be Mawapres

         Menjadi manusia segudan prestasi adalah dambaan semua orang. Dengan segudang prestasi-prestasi itulah manusia merasa bahwa dirinya telah meraih kesuksesan. Mungkin akan demikian jika kita memandang kesuksesan adalah sebuah keberhasilan dalam hal mencapai sesuatu saja. Jika melihat dari pandangan tersebut maka sebenarnya sejak lahir manusia telah meraih banyak kesuksesan mulai ia diciptakan oleh penciptanya (Al-Khaliq) sampai bagaimana ia menjalani kehidupan.
Terlahir menjadi manusia adalah sebuah kesuksesan, karena kita telah mampu mengalahkan seluruh makhluk yang ada di dunia ini untuk mengurusi bumi, serta kita telah mampu mengalahkan jutaan sel sperma yang bersaing kekat mencapai telur ibu kita, sehingga terlahirlah kita. Bagi anak SD, mereka telah sukses/berhasil lulus TK. Bagi yang telah duduk di bangku SMP, mereka telah berhasil sukse/berhasil lulus SD. Bagi yang duduk di bangku SMA, dia telah sukses/berhasil lulus SMP, begitu juga dengan kita mahasiswa yang telah sukses/berhasil lulus SMA dan dalam persaingan ketat agar bisa masuk PTN. Atau kesuksesan-kesuksesan lain yang saat ini menjadi ukuran setiap orang dalam menilai berhasil tidaknya seseorang, misalkan berhasil meraih medali dalam berbagai ajang perlombaan, berhasil menjadi orang dengan kedudukan/jabatan tertentu, dsb. Semua hal tadi adalah keberhasilan2 yang dicapai manusia dalam kehidupan.
Melihat fakta di atas, sebenarnya kesuksesan dunia adalah sesuatu yang bisa dipandang relatif oleh siapapun. Sehingga, kita tidak bisa mengukurnya dari satu keberhasilan saja, maka sebenarnya disinilah perlu dibangun satu persepsi dan pandangan tentang sukses itu sendiri.
Sukses, sebenarnya merupakan suatu proses keberhasilan dalam aspek dunia dan akhirat. Yaps,,..sobat, memang kurang tepat rasanya jika sukses itu hanya kita ukur dari keberhasilan dunia saja. Mengapa demikian? Dunia, merupakan sesuatu yang sangat fana dan ada batasnya, sementara akhirat adalah sesuatu yang langgeng, abadi, dan hakiki. Akan sangat merugikan diri kita, jika kita hanya tersibukkan pada upaya-upaya meraih kesuksesan dunia, disamping memang pandangan terhadap kesuksesan dunia oleh masing-masing orang berbeda-beda. Maka disinilah kemudian kita harus meletakkan dasar dari segala kesuksesan itu sendiri yaitu bagaimana Allah (al-Khalik) memandang. Sukses yang sebenarnya adalah apabila kita telah berhasil menuai kenikmatan surga di akhirat kelak. Maka apapun yang menjadi target-target keberhasilan kita di dunia, kita harus menjadikannya mampu menghantarkan kepada kesuksesan akhirat kelak. Segala proses yang kita jalani di dunia ini haruslah disesuaikan dengan rambu-rambu dari Allah agar kesuksesan hakiki dan abadi itu bisa kita raih.
Kita pun bisa berkaca kepada manusia-manusia sukses terdahulu yang sudah menorehkan segudang prestasi-prestasi gemilang dalam memperjuangkan Islam, memberikan pengaruh besar kepada dunia sampai saat ini, yang dengannya mereka mampu meraih kesusesan akhirat. Seperti rasul kita Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Abu Bakar As-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Mu’adz, Ibnu sina, Ibnu Al-Haitsam, Maryam Al-Asturlabi, dll. Merekalah mutiara-mutia Islam dan dunia yang sangat kita rindukan perjumpaannya.
Nah, sobat bersegeralah untuk mengetahui rambu-rambu meraih sukses dari Allah, tentu itu hanya bisa kita dapat dari belajar Islam yang terus-menerus bersama-sama dengan orang-orang yang se-visi dengan kita. Kalau tidak sekarang, kapan lagi???

Intelektual Muda Generasi Cemerlang

         Generasi muda adalah tonggak estafet peradaban suatu bangsa. Ahh,, kata-kata yang sudah di luar kepala semua orang. Namun, harapannya itu tidak sekedar menjadi kata-kata bijak pelengkap LKS-LKS Bahasa Indonesia anak SMA saja, atau sekedar senjata pamungkas para orator2 kelas kencur. Bagaimanpun juga, generasi muda sampai kapanpun adalah orang2 muda berusia muda yang akan menggantikan mereka yang sudah tua. Merekalah yang akan mencetak peradaban, mau dibawa kepada kondisi keemasannya atau malah membawanya jatuh ke jurang kegelapan dan kehancuran. Semua orang pasti mengharap terwujudnya peradaban emas, bergelimang prestasi dan kesejahteraan yang hakiki yang dicetak oleh para generasi Intelek, berkepribadian istemewa yang berintegrasi pada nilai-nilai kebenaran.
Kalau kita melihat sekilas kondisi saat ini, bisa kita temukan bagaimana gambaran para generasi yang tak menampakkan tanda2 pembawa harapan semakin membaiknya kondisi negeri ini. Bagaimana tidak, tidak bisa dipungkiri subyek berbagai problem bangsa ini sebagian besar karena ulah para generasinya yang notabene mereka adalah para remaja sebagai output dari pendidikan jenjang SMP, SMA, Mahasiswa, dan sejenisnya. Tawuran antar pelajar, pergaulan bebas yang berimbas pada depresi; KTD; aborsi; munculnya berbagai penyakit kelamin; dll, narkoba, kerusuhan, dan berbagai kasus sosial lainnya. Tentu kondisi ini bukanlah yang kita harapkan.
Memang, tidak sedikit mereka yang telah menorehkan karya-karya inovatif dan kreatif, namun itu semua tidak lebih hanya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya. Maka, tidak heran jika kondisi masyarakat pun tidak pernah berubah walaupun semakin banyak para intelektual yang melahirkan karya setiap tahunnya, bahkan masyarakat semakin terpuruk. Bayangkan saja, berapa banyak perlombaan2 tingkat Nasional maupun Internasional yang telah dimenangkan anak negeri, tugas-tugas akhir yang tercipta dari output perguruan tinggi, tesis, disertasi, berbagai hasil penelitian, dan sebagainya telah mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap perbaikan bangsa ini? Jawabannya tentu “Tidak ada”, tak lebih semuanya hanya tertumpuk menjadi buku lusuh di rak2 perpustakaan atau di tumpukan2 loakan.
Orientasi belajar mereka pun tak menggambarkan keinginan besar menuju perubahan yang hakiki. Ketika kuliah hanya sekedar untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan, dan menjamin hidup keluarga agar tak pernah kekurangan materi. Ketika belajar hanya untuk mencari nilai bagus kendati pun dengan cara-cara yang menyimpang. Maka kejujuran, kehormatan, dan nilai-nilai kebenaran lainnya tidak pernah ada dalam jiwa para generasi muda, dan saat itulah pendidikan sudah kehilangan tujuannya yang hakiki.
Intelektual, sosok yang sangat diharapkan oleh bangsa dan masyarakat sangat dinantikan kiprahnya untuk melepaskan bangsa ini dari keterpurukan. Intelektual yang peduli, bukan individualis. Intelektual yang peka, bukan yang membebek dan berkiblat pada Barat. Mahasiswa termasuk salah satu di dalamnya. Tentu, saat ini yang diharapkan dari mahasiswa tidak hanya segudang prestasinya, namun bangun dan bergerak dengan membawa solusi yang membangun dan solutif bagi setiap permasalahan bangsa ini. Perubahan yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah dan keintelektualitasan, bukan modal nekat semata. Sehingga mahasiswa islam pun harus bergerak dengan sebuah landasan ideologis agar tidak menjadi mahasiswa pragmatis yang menyebabkan kreatifitas berpikir mahasiswa terbatasi dalam pragmatisme pula.
            Sudah saatnya intelektual mahasiswa tersadar bahwa sistem pendidikan pragmatis yang dilahirkan dari penerapan ideology kapitalisme adalah musuh bersama yang menghancurkan kualitas generasi bangsa dan matinya peran mahasiswa. Dan tidak ada cara lain, sistem pendidikan pragmatis hanya akan tergusur dengan tegaknya ideology islam (khilafah) di muka bumi sebagai solusi sistemik atas permasalahan bangsa. Dan hanya dengan khilafah Islam lah Generasi Cemerlang akan terlahir dan intelektual2 muda berkualitas akan bermunculan..
 

Sample text

Sample Text

Taqwa (Ali bin Abi Thalib)

1. Al-khaufu min Al-jalil
2. Al-'amalu bi at-tanzil
3. Al-isti'dadu li yaum ar-rohil
4. Al-qana'atu bi Al-qalil