Featured Posts
Jumat, 18 Juli 2014
Kamis, 26 Juni 2014
Kamis, 26 Desember 2013
Senin, 09 Desember 2013
RINDU BISU
![]() |
Quiet |
Jiwa ini menjerit,, rindu
senyap.
Kadang menangis,, mengenang, membayang
tertahan.
Aku menoleh,, tak ada ,
mendongak,,kabut ,
tertunduk.
Mata ini tuli,
mulut ini buta,
telinga ini gagu,
rindu ini bisu.
Aku mengeja sejengkal, sehasta,
selangkah,
berlari, tertabrak,,
ah,, jauh!!
atau terhalang tembok!?
Terbata.
(to be continued..)
Senin, 21 Oktober 2013
Road To Success, Be Mawapres
Menjadi manusia segudan prestasi adalah dambaan semua orang. Dengan
segudang prestasi-prestasi itulah manusia merasa bahwa dirinya telah meraih
kesuksesan. Mungkin akan demikian jika kita memandang kesuksesan adalah sebuah
keberhasilan dalam hal mencapai sesuatu saja. Jika melihat dari pandangan
tersebut maka sebenarnya sejak lahir manusia telah meraih banyak kesuksesan
mulai ia diciptakan oleh penciptanya (Al-Khaliq) sampai bagaimana ia menjalani
kehidupan.
Terlahir menjadi manusia adalah sebuah kesuksesan, karena kita telah
mampu mengalahkan seluruh makhluk yang ada di dunia ini untuk mengurusi bumi,
serta kita telah mampu mengalahkan jutaan sel sperma yang bersaing kekat
mencapai telur ibu kita, sehingga terlahirlah kita. Bagi anak SD, mereka telah
sukses/berhasil lulus TK. Bagi yang telah duduk di bangku SMP, mereka telah
berhasil sukse/berhasil lulus SD. Bagi yang duduk di bangku SMA, dia telah
sukses/berhasil lulus SMP, begitu juga dengan kita mahasiswa yang telah
sukses/berhasil lulus SMA dan dalam persaingan ketat agar bisa masuk PTN. Atau
kesuksesan-kesuksesan lain yang saat ini menjadi ukuran setiap orang dalam
menilai berhasil tidaknya seseorang, misalkan berhasil meraih medali dalam
berbagai ajang perlombaan, berhasil menjadi orang dengan kedudukan/jabatan
tertentu, dsb. Semua hal tadi adalah keberhasilan2 yang dicapai manusia dalam
kehidupan.
Melihat fakta di atas, sebenarnya kesuksesan dunia adalah sesuatu yang
bisa dipandang relatif oleh siapapun. Sehingga, kita tidak bisa mengukurnya
dari satu keberhasilan saja, maka sebenarnya disinilah perlu dibangun satu
persepsi dan pandangan tentang sukses itu sendiri.
Sukses, sebenarnya merupakan suatu proses keberhasilan dalam aspek dunia
dan akhirat. Yaps,,..sobat, memang kurang tepat rasanya jika sukses itu hanya
kita ukur dari keberhasilan dunia saja. Mengapa demikian? Dunia, merupakan
sesuatu yang sangat fana dan ada batasnya, sementara akhirat adalah sesuatu
yang langgeng, abadi, dan hakiki. Akan sangat merugikan diri kita, jika kita
hanya tersibukkan pada upaya-upaya meraih kesuksesan dunia, disamping memang
pandangan terhadap kesuksesan dunia oleh masing-masing orang berbeda-beda. Maka
disinilah kemudian kita harus meletakkan dasar dari segala kesuksesan itu
sendiri yaitu bagaimana Allah (al-Khalik) memandang. Sukses yang sebenarnya
adalah apabila kita telah berhasil menuai kenikmatan surga di akhirat kelak.
Maka apapun yang menjadi target-target keberhasilan kita di dunia, kita harus
menjadikannya mampu menghantarkan kepada kesuksesan akhirat kelak. Segala
proses yang kita jalani di dunia ini haruslah disesuaikan dengan rambu-rambu
dari Allah agar kesuksesan hakiki dan abadi itu bisa kita raih.
Kita pun bisa berkaca kepada manusia-manusia sukses terdahulu yang sudah
menorehkan segudang prestasi-prestasi gemilang dalam memperjuangkan Islam,
memberikan pengaruh besar kepada dunia sampai saat ini, yang dengannya mereka
mampu meraih kesusesan akhirat. Seperti rasul kita Muhammad SAW, Umar bin
Khattab, Abu Bakar As-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Mu’adz, Ibnu sina,
Ibnu Al-Haitsam, Maryam Al-Asturlabi, dll. Merekalah mutiara-mutia Islam dan
dunia yang sangat kita rindukan perjumpaannya.
Nah, sobat bersegeralah untuk mengetahui rambu-rambu
meraih sukses dari Allah, tentu itu hanya bisa kita dapat dari belajar Islam
yang terus-menerus bersama-sama dengan orang-orang yang se-visi dengan kita.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi???
Intelektual Muda Generasi Cemerlang
Generasi
muda adalah tonggak estafet peradaban suatu bangsa. Ahh,, kata-kata yang sudah
di luar kepala semua orang. Namun, harapannya itu tidak sekedar menjadi
kata-kata bijak pelengkap LKS-LKS Bahasa Indonesia anak SMA saja, atau sekedar
senjata pamungkas para orator2 kelas kencur. Bagaimanpun juga, generasi muda
sampai kapanpun adalah orang2 muda berusia muda yang akan menggantikan mereka yang
sudah tua. Merekalah yang akan mencetak peradaban, mau dibawa kepada kondisi
keemasannya atau malah membawanya jatuh ke jurang kegelapan dan kehancuran.
Semua orang pasti mengharap terwujudnya peradaban emas, bergelimang prestasi
dan kesejahteraan yang hakiki yang dicetak oleh para generasi Intelek, berkepribadian
istemewa yang berintegrasi pada nilai-nilai kebenaran.
Kalau
kita melihat sekilas kondisi saat ini, bisa kita temukan bagaimana gambaran
para generasi yang tak menampakkan tanda2 pembawa harapan semakin membaiknya
kondisi negeri ini. Bagaimana tidak, tidak bisa dipungkiri subyek berbagai
problem bangsa ini sebagian besar karena ulah para generasinya yang notabene
mereka adalah para remaja sebagai output dari pendidikan jenjang SMP, SMA,
Mahasiswa, dan sejenisnya. Tawuran antar pelajar, pergaulan bebas yang berimbas
pada depresi; KTD; aborsi; munculnya berbagai penyakit kelamin; dll, narkoba,
kerusuhan, dan berbagai kasus sosial lainnya. Tentu kondisi ini bukanlah yang
kita harapkan.
Memang,
tidak sedikit mereka yang telah menorehkan karya-karya inovatif dan kreatif,
namun itu semua tidak lebih hanya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan
kelompoknya. Maka, tidak heran jika kondisi masyarakat pun tidak pernah berubah
walaupun semakin banyak para intelektual yang melahirkan karya setiap tahunnya,
bahkan masyarakat semakin terpuruk. Bayangkan saja, berapa banyak perlombaan2
tingkat Nasional maupun Internasional yang telah dimenangkan anak negeri,
tugas-tugas akhir yang tercipta dari output perguruan tinggi, tesis, disertasi,
berbagai hasil penelitian, dan sebagainya telah mampu memberikan pengaruh
signifikan terhadap perbaikan bangsa ini? Jawabannya tentu “Tidak ada”, tak
lebih semuanya hanya tertumpuk menjadi buku lusuh di rak2 perpustakaan atau di
tumpukan2 loakan.
Orientasi
belajar mereka pun tak menggambarkan keinginan besar menuju perubahan yang
hakiki. Ketika kuliah hanya sekedar untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan,
dan menjamin hidup keluarga agar tak pernah kekurangan materi. Ketika belajar
hanya untuk mencari nilai bagus kendati pun dengan cara-cara yang menyimpang.
Maka kejujuran, kehormatan, dan nilai-nilai kebenaran lainnya tidak pernah ada
dalam jiwa para generasi muda, dan saat itulah pendidikan sudah kehilangan
tujuannya yang hakiki.
Intelektual,
sosok yang sangat diharapkan oleh bangsa dan masyarakat sangat dinantikan
kiprahnya untuk melepaskan bangsa ini dari keterpurukan. Intelektual yang
peduli, bukan individualis. Intelektual yang peka, bukan yang membebek dan
berkiblat pada Barat. Mahasiswa termasuk salah satu di dalamnya. Tentu, saat ini
yang diharapkan dari mahasiswa tidak hanya segudang prestasinya, namun bangun
dan bergerak dengan membawa solusi yang membangun dan solutif bagi setiap
permasalahan bangsa ini. Perubahan yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah
dan keintelektualitasan, bukan modal nekat semata. Sehingga mahasiswa islam pun
harus bergerak dengan sebuah landasan ideologis agar tidak menjadi mahasiswa
pragmatis yang menyebabkan kreatifitas berpikir mahasiswa terbatasi dalam
pragmatisme pula.
Sudah saatnya intelektual mahasiswa tersadar bahwa sistem
pendidikan pragmatis yang dilahirkan dari penerapan ideology kapitalisme adalah
musuh bersama yang menghancurkan kualitas generasi bangsa dan matinya peran
mahasiswa. Dan tidak ada cara lain, sistem pendidikan pragmatis hanya akan
tergusur dengan tegaknya ideology islam (khilafah) di muka bumi sebagai solusi
sistemik atas permasalahan bangsa. Dan hanya dengan khilafah Islam lah Generasi
Cemerlang akan terlahir dan intelektual2 muda berkualitas akan bermunculan..
Langganan:
Postingan (Atom)